tentang jiwa



Pada sebuah jiwa yang tak mengerti arti dari kesepian, entah apa yang merasuki diri, hingga terjebak di dalam lubang hitam setan. Salah siapa? Ketika diri merasa kesepian , akan sebuah jamahan?
Salah film porno? Yang merasuki pikiran sehingga ingin mencoba reka adegan?
Salah diri membaca sesuatu sehingga penasaran ingin merasakan?
Salah obat perangsang, ketika diri terasa di rangsang?
Salah cerita orang, terhibur, dan penasaran dengan cerita yang belum nyata?
Berbuat semuamya sesuka hati
Dengan teman? Kenalan?saudara? pembantu? Bahkan insest
Seolah keyakinan tentang agama telah menghilang, dan menjadi budak nafsu jadi pilihan.
Miris melihat pemandangan ini hadir dan ada bahkan nyata di sekitar kita?
Peran orang tua harus ada, bahkan meski dalam beberapa kasus (seperti insest ) orang tua justru yang merenggut  dan mengajak hubungan terlarang tersebut.
Lalu siapa yang harus disalahkan??
Agama telah dengan jelas-jelas melarang, hubungan intim hanya boleh dilakukan oleh pasutri, itupun dengan cara yang baik-baik, bukan dengan gaya aneh-aneh seolah-olah menjadi budak nafsu.
Agama jelas-jelas melarang adanya hubungan dekat antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom, wala taqrobu zina, jelas-jelas tertulis “dan jangalah kamu mendekati zina, dekat saja haram apalagi zina.
Ketika seseorang sudah menjadi budak nafsu, entah dengan siapa dia melakukannya, maka siapa yang harus disalahkan?
Di zaman yang sudah mulai menggila, dimana apapun bisa diakses dengan mudahnya, apapun itu, hal yang dulunya dianggap tabu dan tak dibicarakan di depan umum, justru terbuka lebar-lebar di mata umum, soal hubungan diluar nikah, caranya, ceritanya, bahkan gambar atau video syurnya dapat di akses dengan mudah, dalam sekali klik. Cerita gambar, video dapat dinikmati oleh si pengguna. Harusnya ada filter  dalam internet, dimana akses kesitus-situs terlarang tidak boleh di akses oleh semua orang, karena pada nyatanya akses ke situs negative ini dapat dengan mudah menjadi barang umum oleh khalayak muda  terutama usia produktif. Jika ada survei yang menyatakan bahwa hampir 80 % anak smp sudah tidak perawan, maka bukan hal yang mengejutkan lagi. disini timbullah kemirisan , siapa yang harus di persalahkan? Siapa yang harus menanggung ini? Ketika orang tua yang harusnya jadi teladan justru melakukan hal yang sama, lalu siapa yang harus menjadi petunjuk yang baik?
Kini dengan zaman yang tak bisa diprediksi justru semakin hancur, kepercayaaanpun menjadi sirna, tak penting itu sedarah, sepupu, teman atau siapapun bisa menjerumuskan ke dunia nista tersebut.
Kembali kepada agama, kembali kepada hati nurani, bahwa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan dan dosa.
Mengingat mati, mengingat diri dalam lumpur dosa.
Ketika diri dihadapkan pada pilihan, dan melihat situasi yang seperti ini, ada keraguan  , menilai buruk pasti jadi pilihan dengan alasan apapun tindakan asusila tetaplah hal yang tak baik.
Satu hal yang terpenting, kembali kepada agama, memperbaiki kualitas diri, memperbaiki ibadah, dekatkan diri kepadaNya, hanya kepadaNya kita semua kembali, dan dengan lindungaNya semua hal yang buruk akan terhindar.
Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKU”

Komentar