RELAWANKU BANGKITKAN ASA DI BUMI YANG LUKA UNTUKMU INDONESIA

          Sekarang kita mengahadapi musim yang mulai berganti, tak jelas hujan berangin kemarau ataupun pancaroba, dimana penyakit sederhana bisa membuat kita sakit-sakitan. tak adapat di pengkiri bahwa suhu dan perubahan cuaca memegang andil dalam perubahan iklim dan lingkungan. Kita kini di hadapkan pada situasi dimana harus waspada akan banyaknya bencana yang silih berganti yang saling membayangi meskipun tanapa kita sadari.
      Menilik ketika saat kami dihadapakan dengan salah satu bencana nasional yang pernah heboh dulu yaitu gunung kelud di kabupaten kediri  yang meletus. yang menyebabakan banyak bencana tak hanya di kediri tapi juga di kabupaten sekitarnya.
Ekonomi nyaris mulai goyah, jarak pandang yang benar-benar kabur, penyakit saluran pernapasan yang mulai mengganggu aktivitas , semua terekam jelas di memori. Serasa efek domino yang mendominasi tanpa disadari membawa danmpak  di setiap aspek kehidupan masyarakat yang terdamapk,
Para relawan bangkit bersatu tak kenal suku agama ras, mereka bahu membahu menjahit luka menyambung asa, sandang pangan di kumpulkan bersama- sama, untuk membangun dan memotivasi para pengungsi.Tak hanya soal fisik tapi juga soal mental yang harus kita pahami dan kita perbaiki dari para pengungsi, kehilangan harta, terpisah dengan sanak saudara bahkan hilangnya nyawa menjadi salah satu akibat dari luka karena bencana. 
    Kesehatan mental dan phisikal ini memang salah satu yang menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan, karena itu banyaknya para relwaan yang membuat sekolah darurat unntuk memperbaiki mental anak-anak yang terluka karean efek dari bencana alam, mungkin tak akan bisa membuat mereka kembali menjadi 100 persen tapi asalakan rasa trauma bagi generasi masa depan bangsa makin pulih.
Efek dan ahsil dari segala tindak tanduk para relawan bukan untuk di nilai dan jadi ajang pamer justru mereka ingin menumbuhkan rasa solidaritas ke sesama, membuat efek kupu-kupu , keliahatanyya kecil tapi pasti akan berdampak besar.
    Di pengungsiang para relawan ytak hanya menjalin kebersamaan denagn para pengungsi tapi juga menjalin relasi dan koneksi, saling berbagi pengalaman berbagi ilmu nyata yang di rangkum dalam dunia luka di tempat bencana. Hasilnya jiwa kemanuasiaan makin kental sebanding dengan kata bahwa saudara tak harus sedarah.
     Rasa solidaritas  dan kepedulian terhadap sesama ini nyatanya memang harus kita tumbuhkan, saat seorang relawan mengupload dan menshare  kegiatan di tempat bencana bukan berarti mereka pamer ingin menunjukkan " this is me " bukan seperti itu bagi seorang yang berpikir dibawah tempurung maka rasa iri akan menguasai, padahal sejatinya para relawan melakukan itu untuk memotivasi sesama manusia sesama rakyat di bumi indonesia untuk saling membantu, secuil bantuan yang kita anggap tak berarti , sekecil perhatian yang kita lupakan nyatanya itu akan tersimpan dalam memori.
Bangkit bersama itu tak mesti kita harus jalan bersama tapi visi misi kita yang sama itulah yang akan menyatukan kita.
   Trauma dan luka fisik akibat bencana memang terakang menyiskan ngilu tersendiri bagi para pengungsi tak jua bagi para relawan saat di hadapkan pada situasi dimana bencana susulan tiba -tiba hadir menyebabkan tak hanya menambah korban dari pengungsi juga di pihak realwan, jika kita ukur sejujurnya jumlah relawan dan korban itu seolah- olah 1 : 100 , banyaknya korban tak sebanding dengan jumlah relawan aktif  yang berkutat ditempat bencana.

   Eksistensi akan adanya para lembaga masyarakat yang terbentu membentuk rasa solidaritas tinggi mestinya harus makin menyatukan para relawan, lemabaga-lembaga yang berbasis swadaya dan kemanusiaan yang terbungus rapi dalam rasa kepedulaian memang harus lebih kita gaungkan, bukan berdasar pada rasa kita harus punya uang atau pegangan, justru kepedulian yang nyata menhjadi tolak ukur kita memperbaharui segala sistem agar setiap elemen masyarakat yang ingin ikut bergabung menjadi relawan kesempatan terbuka lebar-lebar.
   Kita harus menyingkapi bahwa setiap luka pasti ada obatnya, "as syifa " jadi kita harus berkhusnudhon kepada Sang Pencipta tak ada luka yang tak akan terobati, tak ada rasa sakit yang tak bisa sembuh, entah butuh durasi wajtu dan tekad yang lama tapi setiap luka pasti akan membawa obatnya.
   Relawan kita yang bangkit bersama di bumi nusantara, dari segala ras suku agama, hitam , coklat putih, tinggi , pendek ,ikal. lurus, mancung ,pesek, sipit , belo, semua akan tumpah ruah saat dihadapakan pada luka saat saudara sebangsa dan setanah air terluka.
bersatu bangkitakan negeri untukmu Indonesia
#Relawankebaikan #RelawanKemanusiaan #BerbaktiUntukNegeri

Komentar